Daftar Blog Saya

Kamis, 30 Juli 2015

Wahabi Salafi Gagal Faham Dalam Memahami Ilmu Tafsir/ Ngawur.


Kekeliruan dan Kedangkalan Salafi Wahabi



احمد كريمة يفتح النار على السلفية ويصفهم بالوهابيه
Bagi pengikut aliran Salafi Wahabi mungkin mereka merasa aliran tersebut sangat baik karena memurnikan Tauhid, membersihkan bid’ah, dan menganut Islam sesuai ajaran Al Qur’an dan Hadits.
Namun kenapa banyak tentangan dari ummat Islam lainnya? Menghadapi hal itu, para Syekh Wahabi menuding itu adalah ulah Syi’ah, Ahlul Bid’ah, Sufi, dan para pelaku TBC (Tawassul, Bid’ah, dan Churafat). Para pengikutnya biasanya langsung taqlid buta dan percaya. Benarkah?
Memakai Dalil Orang Kafir dalam Memvonis Bid’ah
Wahabi memakai dalil orang kafir dalam memvonis bid’ah. Satu dalil terkenal yang sering mereka pakai adalah:
لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ
Jika kita teliti, Nabi tidak pernah mengatakan itu. Di Al Qur’an pun setelah diperiksa, ternyata itu adalah ucapan orang-orang kafir yang dilontarkan terhadap orang yang beriman:
“Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang lama.” [Al Ahqaaf 11]
Jadi bagaimana mungkin kaum Wahabi bertasyabbuh/menyerupai orang-orang kafir dengan mengutip ucapan orang-orang kafir sebagai dalil utama untuk memvonis ummat Islam sebagai Ahlul Bid’ah atau sesat? Bukankah itu keliru?
Wahabi pun keliru menafsirkan ayat Al Qur’an di bawah:
“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” [Al Hasyr 7]
Kaum Wahabi memahami apa yang “Tidak diperintahkan” Nabi sebagai “Larangan.” Padahal di ayat di atas yang “Dilarang” yang harus kita tinggalkan. Ada pun yang tidak diperintahkan atau tidak dilarang, itu sebetulnya bukan larangan. Dari kesalah-pahaman pengambilan dalil inilah akhirnya kaum Wahabi jadi ekstrim dan sering memvonis ummat Islam sebagai Ahlul Bid’ah, Sesat, bahkan kafir yang akhirnya merusak ukhuwah Islamiyyah. Memecah-belah dan melemahkan ummat Islam. Secara tak sadar mereka justru melanggar larangan Allah dan terjebak dalam dosa.
Contoh hal yang tidak diperintahkan atau pun dilarang Nabi misalnya penyusunan kitab Al Qur’an dan juga Kitab-kitab Fiqih oleh para Imam Madzhab. Meski tak ada perintah dan tidak ada larangan, itu bukan berarti haram/bid’ah. Justru bermanfaat memudahkan ummat Islam dalam belajar Islam.
Mudah Mengkafirkan Sesama Muslim (Takfir) dan Buruk Sangka
Paham kaum Wahabi ini adalah paham Takfir. Yaitu menganggap ummat Islam itu Ahlul Bid’ah, sesat, syirik, kafir, dsb. Akhirnya mereka mencaci-maki ummat Islam dengan sebutan yang mereka sendiri tidak suka:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al Hujuraat 11]
Sebetulnya firman Allah di atas jelas agar kita tidak mengejek sesama Muslim dengan sebutan yang tidak disukai seperti Ahlul Bid’ah, Sesat, apalagi kafir. Namun kenapa kaum Wahabi yang katanya “Menegakkan Sunnah” melakukannya?
Tak jarang juga kaum Wahabi berburuk sangka/curiga sehingga orang yang berziarah kubur kemudian berdoa kepada Allah mendoakan mayat tersebut, mereka duga sebagai berdoa kepada kuburan dan menyebutnya sebagai penyembah kuburan. Begitu pula ada yang menulis saat dia tengah berteduh di bawah pohon karena kepanasan di padang pasir kemudian berdoa kepada Allah, tiba-tiba seorang Wahabi menghardiknya: “Mengapa engkau menyembah pohon?”. Main tuduh orang sebagai penyembah pohon padahal tidak mendengar apa isi doa orang tersebut. Padahal buruk sangka itu dosa:

ADVERTISEMENT
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 12]
Jadi bagaimana mungkin orang yang berziarah kubur dicaci sebagai penyembah Kuburan padahal mereka itu sering mengucapkan tahlil: “Tidak Ada Tuhan Selain Allah”? Mereka sekedar mengikuti perintah Nabi dan juga sunnah Nabi yang sering melakukan Ziarah Kubur:
Dari Buraidah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Saya telah pernah -dahulu- melarang engkau semua perihal ziarah kubur, tetapi sekarang berziarahlah ke kubur itu!” (Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: “Maka barangsiapa yang hendak berziarah kubur, maka baiklah berziarah, sebab ziarah kubur itu dapat mengingatkan kepada akhirat.”
Dari Aisyah ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. itu setiap malam gilirannya di tempat Aisyah, beliau s.a.w. lalu keluar pada akhir malam ke makam Baqi’, kemudian mengucapkan -yang artinya-: “Keselamatan atasmu semua hai perkampungan kaum mu’minin, akan datang padamu semua apa-apa yang engkau semua dijanjikan besok yakni masih ditangguhkan waktunya. Sesungguhnya kita semua ini Insya Allah menyusul engkau semua pula. Ya Allah, ampunilah para penghuni makam Baqi’ Algharqad ini.”[54] (Riwayat Muslim)
Dari Buraidah r.a., katanya: “Nabi s.a.w. mengajarkan kepada mereka -para sahabat- jikalau mereka keluar berziarah ke kubur supaya seseorang dari mereka mengucapkan -yang artinya-: “Keselamatan atasmu semua hai para penghuni perkampungan-perkampungan -yakni kubur-kubur- dari kaum mu’minin dan Muslimin. Sesungguhnya kita semua Insya Allah menyusul engkau semua. Saya memohonkan kepada Allah untuk kita dan untukmu semua akan keselamatan.” (Riwayat Muslim)
Dari Ibnu Abbas ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. berjalan melalui kubur-kubur Madinah lalu beliau menghadap kepada mereka -penghuni-penghuni kubur-kubur- itu dengan wajahnya, kemudian mengucapkan -yang artinya-: “Keselamatan atasmu semua hai para ahli kubur, semoga Allah memberikan pengampunan kepada kita dan kepadamu semua. Engkau semua mendahului kita dan kita akan mengikuti jejakmu.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Saat kita ziarah ke makam Nabi di Madinah pun ulama Wahabi sering curiga kalau orang-orang yang menziarahi kubur Nabi dan mendoakan Nabi sebagai menyembah Nabi sehingga sering mengusirnya. Padahal itu tidak benar.
Terkadang juga Muhammad bin Abdul Wahab terlalu ekstrim dalam menuduh ummat Islam itu syirik seperti di bawah:
Masalah tauhid, yang merupakan pondasi agama Islam mendapat perhatian yang begitu besar oleh Syekh Muhammad Abdul Wahhab. Perjuangan tauhid beliau terkristalisasi dalam ungkapan la ilaha illa Allah. Menurut beliau, aqidah atau tauhid umat telah dicemari oleh berbagai hal seperti takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC) yang bisa menjatuhkan pelakunya kepada syirik. Aktivitas-aktivitas seperti mengunjungi para wali, mempersembahkan hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka, mengusap-usap kuburan tersebut dan memohon keberkahan kepada kuburan tersebut. Seakan-akan Allah SWT sama dengan penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka, dan orang-orang dekat-Nya. Bahkan manusia telah melakukan syirik apabila mereka percaya bahwa pohon kurma, pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci makam dapat diambil berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh keuntungan.
http://arrahmah.com/…/16492-syekh-muhammad-bin-abdul-wahhab…
Mungkin ada beberapa ummat Islam yang syirik. Tapi apa iya mayoritas ummat Islam itu seperti di Jazirah Arab bahkan di Mekkah dan Madinah jadi syirik menyembah kuburan, pohon, dan sebagainya sehingga dia sampai memerangi mereka? Ada satu video yang mempertanyakan: “Jika ummat Islam di Mekkah dan Madinah itu Musyrik dan Kuffar sehingga dibunuh, lalu ummat Islam yang asli itu ada di mana?”:
http://syiarislam.wordpress.com/…/salafi-wahabi-memecah-be…/
Dijelaskan juga pada situs Arrahman.com yang mendukung Wahabi:
Pada awalnya, idenya tidak begitu mendapat tanggapan bahkan banyak mendapatkan tantangan, kebanyakan dari saudaranya sendiri, termasuk kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain.

Muhammad bin Abdul Wahab mendapat tentangan bahkan dari kakaknya Sulaiman yang juga ulama. Bahkan ayahnya, Abdul Wahab, yang merupakan guru dari Muhammad bin Abdul Wahab (MAW) juga menentang MAW karena pemikirannya yang ekstrim. Ini tak disebut di situ, tapi di literatur lain ada sehingga sebagian ulama Aswaja menuding MAW tidak bersanad karena gurunya sendiri menentang pemikirannya. Banyak ulama yang tidak setuju sehingga MAW harus meninggalkan negerinya. Kalau Nabi Muhammad meninggalkan kota Mekkah karena kaum kafir menolak Islam kita mengerti. Tapi jika seorang “ulama” harus meninggalkan negerinya yang mayoritas Muslim beserta banyak ulama juga di situ, harusnya kita bertanya-tanya mengenai pahamnya.
Padahal menurut Nabi, Ummat Islam itu tidak akan berkumpul/sepakat dalam kesesatan. Jadi kalau ada firqoh yang menganggap mayoritas ummat Islam sesat, justru firqoh itulah yang sesat atau Khawarij:
Dari ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الاِثْنَيْنِ أَبْعَدُ وَمَنْ أَرَادَ بِحَبْحَةِ الْجَنَّةِ فَعَلَيْهِ بِالْجَماعَةِ
“Tetaplah bersama jamaah dan waspadalah terhadap perpecahan. Sesungguhnya setan bersama satu orang, namun dengan dua orang lebih jauh. Dan barang siapa yang menginginkan surga paling tengah maka hendaklah bersama jamaah”
[Shahîh, diriwayatkan Ibnu Abu ‘Ashim dalam as-Sunnah (87), Imam Ahmad dalam Musnad-nya (1/18), Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2165), Imam al-Hakim dalam Mustadrak-nya (387), dan Imam al-Ajuri dalam asy-Syariah (5)]
كُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ اللهَ لاَ يَجْمَعُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم عَلَى ضَلاَلَةٍ
Tetaplah kalian bersama jamaah maka sesungguhnya Allah tidak menghimpun umat Muhammad di atas kesesatan.”
Sanadnya jayyid, diriwayatkan Imam Ibnu ‘Ashim dalam Sunnah-nya (85). Hadits ini diriwayatkan Imam ath-Thabrani dari dua jalan, dan salah satu jalurnya para perawinya terpercaya sebagaimana yang telah disebutkan dalam Majma Zawa`id (5/219
dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أُمَّتِي لاَ تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلاَلَةٍ .
“Sesungguhnya, umatku tidak akan sepakat di atas kesesatan. “
Shahîh, diriwayatkan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (3950) dan al-Khathib at-Tibrizi dalam Misykatul- Mashabih (174). Diriwayatkan juga oleh Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2167), al-Khathib at-Tibrizi dalam Misykatul-Mashabih (174), dan al-Hakim dalam Mustadrak-nya (391, 392, 393, 394, 395, 396 dan 397) dari Ibnu ‘Umar dengan lafazh: “Sesungguhnya Allah tidak menghimpun umatku atau umat Muhammad di atas kesesatan”. Hadits ini dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam al-Miskât (no. 173) dan terdapat shahid dari hadits Ibnu ‘Abbas yang dikeluarkan at-Tirmidzi dan al-Hakim serta yang lainnya dengan sanad yang shahîh. Lihat Shahîhul Jami’, al-Albâni (1/378, no. 1848)
Di situ juga disebut bagaimana MAW bekerjasama dengan Raja Arab guna memerangi musuhnya:
Selanjutnya, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkerjasama secara sistematis dan saling menguntungkan dengan keluarga Saud untuk menegakkan Islam.
Padahal Nabi dan juga para ulama Tabi’in memerintahkan agar menjauhi para penguasa/raja:
Rasulullah SAW. Beliau bersabda, ”Barang siapa tinggal di padang pasir, ia kekeringan. Barang siapa mengikuti buruan ia lalai. Dan barang siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa, maka ia terkena fitnah.” (Riwayat Ahmad).
Abu Hazim (Ulama Tabi’in 140 H) mengatakan, ”Sebaik-baik umara, adalah mereka yang mendatangi ulama dan seburuk-buruk ulama adalah mereka yang mencintai penguasa.”
Selain Abu Hazim, Wahab bin Munabih (110 H), ulama dari kalangan tabi’in juga pernah menyatakan agar para ulama menghindari pintu-pintu para penguasa, karena di pintu-pintu mereka itu ada fitnah, ”Kau tidak akan memperoleh dunia mereka, kecuali setelah mereka membuat musibah pada agamamu.” (Riwayat Abu Nu’aim).
http://majalah.hidayatullah.com/?p=274
Ada juga tulisan:

Gerakan al-Muwahhidun atau yang kini sering disebut sebagai gerakan “wahabi” ini menjadi ancaman bagi kekuasaan Inggris di daerah perbatasan dan Punjab sampai 1871. Ketika itu pemerintah Inggris bersekongkol untuk mengeluarkan ‘fatwa’ guna memfitnah kaum Wahhabi sebagai orang-orang kafir.
http://arrahmah.com/…/16492-syekh-muhammad-bin-abdul-wahhab…
Yang jadi pertanyaan, apa benar Wahabi jadi “ancaman” bagi Inggris? Bukannya justru Wahabi itu yang bekerjasama dengan Inggris membantu Ibnu Saud untuk berontak terhadap Kekhalifahan Islam Turki Usmani?
Apa ada buku sejarah yang menceritakan Ibnu Saud dan Wahabi memerangi Inggris? Tidak ada! Yang mereka perangi adalah para penguasa Turki Usmani dan juga ummat Islam yang mereka tuding sebagai Musyrik dan Kafir. Silahkan baca:
http://kabarislam.wordpress.com/…/arab-saudi-dan-wahabi-me…/
http://khilafah1924.org/index.php…
http://www.eramuslim.com/…/dokumen-kuno-ekspos-pendiri-saud…
Sanjungan bahwa berkat MAW negara-negara Islam jadi berontak terhadap penjajah seperti Inggris dan merdeka pun sangat tidak beralasan. Hingga wafatnya MAW tahun 1787 M tidak ada negara Islam yang merdeka dan bebas dari penjajahan Inggris cs. Sebagai contoh, Indonesia baru merdeka tahun 1945 atau 158 tahun setelah wafatnya MAW. Itu pun maaf bukan karena Wahabi karena Wahabi itu sangat-sangat minoritas di Indonesia.

Sebaliknya akibat Kekhalifahan Turki Usmani melemah akibat pemberontakan Ibnu Saud-MAW yang didukung senjata dan dana dari Inggris, Palestina jatuh ke tangan Inggris untuk kemudian diserahkan kepada Yahudi di tahun 1948:
Dokumen Ekspos Pendiri Saudi Yakinkan Inggris untuk Dirikan Negara Yahudi
http://www.eramuslim.com/…/dokumen-kuno-ekspos-pendiri-saud…
http://kabarislam.wordpress.com/…/arab-saudi-dan-wahabi-me…/
Ini beda dengan Nabi Muhammad yang saat hidup pun sudah membebaskan kota Madinah, Mekkah dan juga jazirah Arab dari kungkungan kaum kafir dan juga Yahudi.
Lagi pula banyak yang mewaspadai gerakan Wahabi itu adalah Ulama Aswaja yang tidak ada hubungannya dengan Inggris seperti Habib Rizieq Syihab dari FPI dan Habib Munzir Al Musawa dari Majelis Rasulullah. Silahkan baca:
FPI membagi WAHABI dengan semua sektenya juga menjadi TIGA GOLONGAN ; Pertama, WAHABI TAKFIRI yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim:
http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98

Pandangan Habib Munzir Al Musawa dari Majelis Rasulullah tentang Wahabi:
beda dengan orang orang wahabi, mereka tak punya sanad guru, namun bisanya cuma menukil dan memerangi orang muslim.
mereka memerangi kebenaran dan memerangi ahlussunnah waljamaah, memaksakan akidah sesatnya kepada muslimin dan memusyrikkan orang orang yg shalat.
http://majelisrasulullah.org/index.php…

Yang jelas sikap Wahabi yang sangat keras terhadap sesama Muslim dari memaki Muslim sebagai Ahlul Bid’ah, Penyembah Kuburan, Musyrik, Kafir, dsb itu justru tidak sesuai dengan perintah Allah dan Sunnah Nabi yang justru lemah-lembut terhadap sesama Muslim:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” [Ali ‘Imran 159]
Ummat Islam itu berkasih sayang terhadap sesama, namun keras terhadap orang-orang kafir:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al Fath 29]

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
Jadi bagaimana mungkin mereka “Menghidupkan Sunnah” jika Al Qur’an yang jelas saja sudah dilanggar?


By: Aswaja/NU Pasuruan.

Jumat, 27 Februari 2015

Mafahim Konsep Ilmu Bidah Hasanah



Ada sebuah hadits yang oleh sebagian orang dijadikan alat untuk menekan atau menyudutkan sesamanya. Hadits tersebut adalah:
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِدِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. رواه أبو داود والترمذي (شرح رياض الصالحين، ج 1 ص 181)
Secara bahasa bid’ah adalah sesuatu yang belum ada contoh dan dilakukan sebelumnya. Secara istilah bid’ah adalah suatu amalan baru dalam ajaran Islam yang tidak pernah diajarkan sebelumnya (diamalkan, diucapkan, dan ditetapkan) oleh Rasulullah atau para sahabat.
Potongan hadits tentang bid’ah tersebut oleh sebagian orang dijadikan alat untuk menyudutkan sesamanya. Sehingga terkesan sebagai momok (hal yang menakutkan), yang menyebabkan banyak orang yang ragu bahkan takut untuk melakukan berbagai macam hal.
Dan jika ditelaah lebih mendalam, lafadz كُلٌّ dalam hadits tersebut tidak bermakna ‘am (umum), namun bermakna khosh (khusus). Ini berarti didalamnya terdapat pengecualian yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama.
Imam Syafi’i membagi bid’ah menjadi dua macam, yaitu bid’ah mahmudah dan bid’ah madzmumah, dan Imam Subki membagi bid’ah menjadi tiga macam, yaitu bid’ah mubahah, bid’ah hasanah, dan bid’ah yang tidak sesuai dengan syara’.
Imam Abu Zakaria Yahya al-Nawawi (Imam Nawawi) menukil pendapat para ulama diantaranya Imam Ibnu Abdissalam yang membagi bid’ah menjadi lima bagian dengan menyebutkan kaidah-kaidahnya, yaitu:
  1. Bid’ah Wajibah, yaitu suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya, yang tanpanya kewajiban tidak bias dilakukan dan dipahami dengan baik. Seperti halnya sibuk mempelajari dan membuat ilmu gramatikal (nahwu, shorof, balaghoh, mantiq), ilmu hadits, ilmu tafsir, ushul fiqih, qoidah fiqih, dan lain sebagainya yang bias digunakan untuk memahami al-Qur’an dan al-Hadits, mengumpulkan al-Qur’an ke dalam satu mushaf, menulis dan mengumpulkan hadits dalam satu kitab. Berkah dalam bid’ah Wajibah ini bias dinikmati oleh pengajar, percetakan buku dan kitab, dan lain sebagainya.
  2. Bid’ah Mandubah, yaitu suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya, yang tanpanya kesunnahan tidak bias dilakukan dan dipahami dengan baik. Seperti halnya sibuk mengarang kitab, membangun madrasah, membangun pondok pesantren, universitas, sekolah, melaksanakan sholat tarawih dengan berjama’ah, melakukan wiridan secara berjamaah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, membahas ilmu tasawuf, dan lain sebagainya. Berkah dalam bid’ah mandubah ini dapat dinikmati oleh penulis, penerjemah, arsitek, guru, dan masyarakat sekitar madrasah, pondok pesantren, universitas, sekolah dan lain sebagainya.
  3. Bid’ah Muharromah, yaitu suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul dan sahabatnya dan dilarang agama. Seperti halnya membunuh sesama muslim atau non muslim dengan bom (dan sejenisnya), menghancurkan tempat ibadah, membuat dan mengkonsumsi narkoba, bom bunuh diri, dan lain sebagainya. Berkah dalam bid’ah muharromah ini dapat dinikmati oleh Polisi, TNI, BNN (Badan Narkotika Nasional), rehabilitas, bina sosial, penjara, dan lain sebagainya.
  4. Bid’ah Makruhah, yaitu suatu perbuatan yang bertentangan dengan keutamaan. Seperti halnya menghias masjid dengan berlebih-lebihan. Berkah dalam bid’ah ini dapat dirasakan oleh designer wallpaper (desain tata ruang), arsitek, dan lain sebagainya.
  5. Bid’ah Mubahah, yaitu suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh nabi dan para sahabatnya yang tidak bertentangan dengan agama. Seperti halnya menciptakan berbagai jenis makanan baru, memakai kendaraan (motor, mobil, dan sebagainya), mengunakan alat komunikasi (telepon seluler, jejaring sosial, dan sebagainya), berjabat tangan setelah sholat, menghias rumah, memakai aksesoris. Berkah dalam bid’ah ini dapat dirasakan oleh koki, industri transportasi, industri telekomunikasi, dan lain sebagainya.
وأما قوله في حديث العرباض (فإن كل بدعة ضلالة) بعد قوله (وإياكم ومحدثات الأمور) فإنه يدل على أن المحدث يسمى بدعة وقوله (كل بدعة ضلالة) قاعدة شرعية كلية بمنطوقها ومفهومها، أما منطوقها فكأن يقال (حكم كذا بدعة وكل بدعة ضلالة) فلا تكون من الشرع لأن الشرع كله هدى، فإن ثبت أن الحكم المذكور بدعة صحت المقدمتان، وانتجا المطلوب، والمراد بقوله (كل بدعة ضلالة) ما أحدث ولا دليل له من الشرع بطريق خاص لا عام . وقوله في آخر حديث ابن مسعود (وأن ما توعدون لآت وما أنتم بمعجزين) أراد ختم موعظته بشيء من القرآن يناسب الحال. وقال ابن عبد السلام: في أواخر (القواعد) البدعة خمسة أقسام (فالواجبة) كالاشتغال بالنحو الذي يفهم به كلام الله ورسوله لأن حفظ الشريعة واجب، ولا يتأتى إلا بذلك فيكون من مقدمة الواجب، وكذا شرح الغريب وتدوين أصول الفقه والتوصل إلى تمييز الصحيح والسقيم (والمحرمة) ما رتبه من خالف السنة من القدرية والمرجئة والمشبهة (والمندوبة) كل إحسان لم يعهد عينه فى العهد النبوي كالاجتماع عن التراويح وبناء المدارس والربط والكلام في التصوف المحمود وعقد مجالس المناظرة إن أريد بذلك وجه الله (والمباحة) كالمصافحة عقب صلاة الصبح والعصر، والتوسع فى المستلذات من أكل وشرب وملبس ومسكن. وقد يكون بعض ذلك مكروها أو خلاف الأولى والله أعلم (فتح الباري بشرح صحيح البخاري، باب كتاب الاعتصام بالكتاب والسنة، ج 13 ص 254 / حاشية السيوطي والسندي على سنن النسائي، ج 3 ص 47، / صحيح مسلم بشرح النواوي، كتاب الجمعة في خطبته صلى الله عليه وسلم في الجمعة، ج 6 ص 154-155)
Berikut ini adalah hasil penemuan ilmuan dan ulama termasuk bid’ah wajibah (hasanah) yang membawa berkah:
  1. Pencetus penitikan dalam al-Qur’an adalah Abu al-Aswad ad-Duali tahun 62 H.
  2. Pencetus pengharakatan dalam al-Qur’an adalah Imam Khalil bin Ahmad al-Faraghidi (w. 185 H.)
  3. Perumus ilmu tajwid adalah Imam Abu Ubaid Qasim bin Salam (w. 67 H.)
  4. Perumus ilmu kalam adalah Imam Washil bin Atha’ dan disempurnakan oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari.
  5. Perumus ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab) adalah Imam Sibawaih.
  6. Perumus ilmu Ushul Fiqih adalah Imam Syafi’i
  7. Penemu ilmu musthalah al-Hadits adalah Syihabuddin Romaghurmuzi atas perintah Khalifah Umar bin Khattab.
  8. Tafsir al-Qur’an pertama kali ditulis oleh Imam Abu Ja’far at-Thabari dengan tebal 10 jilid.
  9. Perumus ilmu falak adalah al-Biruni (l. 973 w. 1050 M.)
  10. Perumus ilmu balaghoh adalah Abdul Qahir
  11. Penulis ilmu kimia adalah Abu Musa Jabir ibn Hayyan (721-815 M.)
  12. Observatorium pertama kali dibangun oleh Nasiruddin at-Tusi dan Ulugh Beg pada tahun 1259 M.
  13. Buku perumusan ilmu sejarah pertama kali ditulis oleh Ibnu Khaldun.
  14. Universitas didirikan pertama kali oleh Fatimah al-Fihri di kota Fez, Maroko pada tahun 859 H.
  15. Penulisan ilmu kedokteran pertama kali oleh Ibnu Sina (L. 980 M.)
  16. Penulis tentang penyakit cacar pertama kali adalah Abu Bakar ar-Razi dalam kitab “Fii al-Thibb”.
  17. Penemu ilmu bedah adalah Abu al-Qasim az-Zahrawi (936-1013 M.)
  18. Penemu ilmu matematika adalah Jabir bin Hayyan al-Azbi (w. 161 H.)
  19. Penemu kacamata adalah al-Hasan bin Haitam.
  20. Penggambar peta bumi pertama kali adalah Abdullah al-Idrisi.
  21. Penggambar ruang angkasa pertama kali adalah Abdurrohman Ibnu Hauqal.
  22. Penemu alat musik organ atau piano adalah al-Qanun Abu Nasr al-Farabi dalam kitab “Musiq al-Kubro”.
  23. Penemu solmisasi (kunci nada) adalah Ishaq al-Mausili (w. 850 M.)
  24. Peletak dasar-dasar mekanik dan industri adalah al-Jazari (abad 12).
  25. Penemu sepeda kayuh (sepeda ontel, pancal) adalah imam al-Ghazali.
  26. Penemu alat poros engkol dan kunci kombinasi adalah al-Jazari (abad 12).
  27. Penemu alat navigasi atau kompas adalah Ahmad bin Majid
  28. Perancang air mancur adalah Banu Musa bersaudara pada abad ke 9.
  29. Orang yang pertama kali terbang adalah Abbas bi Farnas.
  30. Penemu sabun mandi adalah al-Razi (abad 7).
  31. Penemu kopi adalah Khalid.
Berawal dari hadits “Kullu Bid’ah Dholalah”, dengan beringasnya wahabi menyesatkan amalan-amalan yang tidak sejalan dengan faham mereka. Mereka selalu saja menanyakan “mana dalilnya?” Jika tidak ada contoh dari Nabi dan sahabat maka akan diklaim sebagai amalan yang bid’ah dan sesat.

Setelah saya amati masalah ini, saya mengambil kesimpulan bahwa antara wahabi dan ahlu sunah memiliki kesamaan sekaligus perbedaan dalam memahami bid’ah.

Persamaannya adalah keduanya sama-sama berpendapat bahwa amalan yang tidak ada contoh dari nabi dan sahabat, maka disebut amalan bid’ah. Sementara perbedaannya adalah apakah setiap bid’ah itu dholalah? ataukah ada bid’ah yang hasanah?

Menurut wahabi semua bid’ah adalah dholalah. Menurut ahlu sunah tidak semua bid’ah dholalah. Ada sebagian bid’ah yang hasanah. Jika kita cermat, sebenarnya perbedaan tersebut disebabkan oleh bagaimana cara memahami bid’ah itu sendiri.

Wahabi memahami bid’ah dari satu sisi. Mereka hanya melihat teks hadits, Sementara ahlu sunah memahami bid’ah melalui dua sisi, yakni teks hadits dan konteks bid’ah. Yang dimaksud teks hadits disini adalah kalimat Kullu bid’ah dholalah. Sedangkan yang dimaksud konteks bid’ah adalah amalan bid’ah itu sendiri.

Salah satu amalan yang diklaim sebagai amalan bid’ah adalah tahlilan. Ahlu sunah dan wahabi sepakat bahwa tahlilan adalah amalan bid’ah. Alasannya pun sama, sebab Nabi dan sahabat tidak ada yang melakukan amalan tersebut. Perbedaannya apakah tahlilan merupakan amalan yang sesat ataukah tidak?

Dalam hal ini wahabi memahami hadits secara tekstual. Mereka hanya melihat kalimat kullu bid’ah dholalah, tanpa melihat bagaimana isi amalan tersebut. Sehingga mereka mengatakan bahwa tahlilan adalah amalan yang sesat.

Lain dengan ahlu sunah. Setelah melihat teks hadits dan mengatakan bahwa tahlilan adalah amalan bid’ah, selanjutnya mereka melihat isi amalan tersebut. Tahlilan adalah sebuah kegiatan membaca surat al-ikhlash, al-falaq, an-nas, fatihah, awal surat al-baqoroh, ayat kursi, istighfar, sholawat, tasbih dan kalimat toyyibah (Laa Ilaha Illalloh) yang ditutup dengan do’a.

Oleh karena isi dari amalan tersebut bagus maka ahlu sunah mengatakan bahwa tahlilan adalah bid’ah hasanah. disebut bid’ah karena amalan tersebut tidak dicontohkan oleh Nabi dan sahabat. Disebut hasanah karena amalan tersebut tidak bertentangan dengan Al-Quran, Hadits, dan Ijma’.

Dapat disimpulkan bahwa bid’ah hasanah adalah setiap amalan yang tidak dicontohkan oleh Nabi dan Sahabat serta tidak bertentangan dengan Al-Quran, Hadits dan ijma’.

Dalam kitab Al-Barohin Ala ala Bid’ah hasanah Fiddin, juz 1 hlm 14, Abi Mu’adz Assalafi Al-Wahabi, mencoba menolak konsep bid’ah hasanah dengan membuat menukil ilustrasi dialog dalam kitab Syuyukhul Azhar Waziyadah Fiddin karya Abdulloh Al-Wahabi. Dalam ilustrasi itu seolah-olah Abdulloh Al-Wahabi berdialog dengan salah satu Syekh Al-Azhar.

Dalam dialog ia mengajukan pertanyaan “Apa yang membedakan antara bid’ah hasanah dan bid’ah qobihah?” Selanjutnya ia membuat jawaban yang ia nisbatkan kepada ulama al-azhar, begini: “bid’ah hasanah adalah yang diperbolehkan agama sedangkan bid’ah qobihah adalah yang dilarang oleh agama.”

Tanggapan saya:

Sayang sekali anda tidak menyebutkan nama Syekh Al-Azhar tersebut. Dengan demikian kisah tersebut termasuk kisah majhul. Sebab terdapat tokoh yang tidak diketahui namanya.

Saya kira jawaban yang dinisbatkan oleh Abdulloh Al-wahabi kepada Syekh Al-Azahar hanya merupakan hasil hayalannya belaka. Sebab mustahil seorang syekh Al-Azhar memberi jawaban seperti itu. Seandainya Abdulloh Al-Wahabi benar-benar pernah berdialog dengan Syekh Al-Azhar dan mengajukan pertanyaan “Apa yang membedakan antara bid’ah hasanah dan bid’ah qobihah?” Niscaya Syekh Al-Azhar itu akan menjawab sebagaimana jawaban Imam Syafi’i, bahwa untuk membedakan antara bid’ah hasanah dan bid’ah qobihah adalah dengan melihat apakah bid’ah tersebut bertentangan dengan Al-Quran, Hadits dan Ijma’ ataukah tidak.

Bid’ah yang bertentangan dengan Al-Quran, Hadits, dan Ijma’ disebut bid’ah qobihah. Sedangkan bid’ah yang tidak bertentangan dengan ketiganya disebut bid’ah hasanah. Jadi konsep bid’ah hasanah sangat jelas. Bid’ah hasanah adalah bid’ah yang tidak bertentangan dengan Qur’an, Hadits dan Ijma’.

Ibn Taimiyah dalam majmu’ Fatawi menukil kalam Imam Syafi’I kemudian menyatakan bahwa bid’ah ada yang hasanah. Kata Ibn Taimiyah:

ومن هنا يعرف ضلال من ابتدع طريقا او اعتقادا زعم أن الإيمان لا يتم إلا به مع العلم بأن الرسول لم يذكره وما خالف النصوص فهو بدعة باتفاق المسلمين وما لم يعلم أنه خالفها فقد لا يسمى بدعة . قال الشافعي البدعة بدعاتان بدعة خالفت كتابا وسنة وإجماعا وأثرا عن بعض أصحاب رسول الله فهذه بدعة ضلالة . وبدعة لم تخالف شيئا من ذلك وهذه قد تكون حسنة. (إبن تيمية مجموع الفتاوى ج 20 ص 127 )

Perhatikan kalimat: “وبدعة لم تخالف شيئا من ذلك وهذه قد تكون حسنة (bid’ah yang tidak bertentangan dengan kitab, (Al-Qur’an), sunah, ijma’ dan atsar, bid’ah tersebut adalah bid’ah حسنة  (hasanah). Jadi Ibn Taimiyah mengakui adanya bid’ah hasanah.

Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bari, juz 4 hlm 253 mengatakan:

وَالْبِدْعَةُ أَصْلُهَا مَا أُحْدِثَ عَلَى غَيْرِ مِثَالٍ سَابِقٍ وَتُطْلَقُ فِي الشَّرْعِ فِيْ مُقَابِلِ السُّنَّةِ فَتَكُوْنُ مَذْمُوْمَةً وَالتَّحْقِيْقُ أَنَّهَا إِنْ كَانَتْ مِمَّا تَنْدَرِجُ تَحْتَ مُسْتَحْسَنٍ فِي الشَّرْعِ فَهِيَ حَسَنَةٌ وَإِنْ كَانَتْ مِمَّا تَنْدَرِجُ تَحْتَ مُسْتَقْبَحٍ فِي الشَّرْعِ فَهِيَ مُسْتَقْبَحَةٌ وَإِلاَّ فَهِيَ مِنْ قِسْمِ الْمُبَاحِ وَقَدْ تَنْقَسِمُ إِلَى اْلأَحْكَامِ الْخَمْسَةِ. (الحافظ ابن حجر، فتح الباري، 4/253).

“Secara bahasa, bid’ah adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa mengikuti contoh sebelumnya. Dalam syara’, bid’ah diucapkan sebagai lawan sunnah, sehingga bid’ah itu pasti tercela. Sebenarnya, apabila bid’ah itu masuk dalam naungan sesuatu yang dianggap baik menurut syara’, maka disebut bid’ah hasanah. Bila masuk dalam naungan sesuatu yang dianggap buruk menurut syara’, maka disebut bid’ah mustaqbahah (tercela). Bila tidak masuk dalam naungan keduanya, maka menjadi bagian mubah (boleh). Dan bid’ah itu dapat dibagi menjadi lima hukum.”

Badruddin Al-Aini dalam kitab Umdatul Qori’ Syarah Shohih Bukhori, Juz 10 hlm 297 mengatakan:

والبدعة لغة كل شيء عمل علي غير مثال سابق وشرعا إحداث ما لم يكن له أصل في عهد رسول الله وهي عل قسمين بدعة ضلالة وهي التي ذكرنا وبدعة حسنة وهي ما رآه المؤمنون حسنا ولا يكون مخالفا للكتاب أو السنة أو الأثر أو الإجماع
Secara bahasa bid’ah adalah setiap sesuatu yang dilakukan tanpa adanya contoh terdahulu. Sedangkan bid’ah secara syariat adalah membuat suatu perbuatan yang tidak ada asalnya dimasa Rosululloh SAW.
Bid’ah terbagi menjadi dua: (1). Bid’ah dholalah, yaitu bid’ah yang telah kami jelaskan. (2). Bid’ah hasanah, yaitu sesuatu yang dilihat bagus oleh orang beriman dan tidak bertentangan dengan al-kitab (Quran) atau sunah (hadits), Atsar dan ijma’.
Badruddin Al-Aini dalam kitab Umdatul Qori’ Syarah Shohih Bukhori, Juz 10 hlm 297 mengatakan:

والبدعة لغة كل شيء عمل علي غير مثال سابق وشرعا إحداث ما لم يكن له أصل في عهد رسول الله وهي عل قسمين بدعة ضلالة وهي التي ذكرنا وبدعة حسنة وهي ما رآه المؤمنون حسنا ولا يكون مخالفا للكتاب أو السنة أو الأثر أو الإجماع
Secara bahasa bid’ah adalah setiap sesuatu yang dilakukan tanpa adanya contoh terdahulu. Sedangkan bid’ah secara syariat adalah membuat suatu perbuatan yang tidak ada asalnya dimasa Rosululloh SAW. Bid’ah terbagi menjadi dua: (1). Bid’ah dholalah, yaitu bid’ah yang telah kami jelaskan. (2). Bid’ah hasanah, yaitu sesuatu yang dilihat bagus oleh orang beriman dan tidak bertentangan dengan al-kitab (Quran) atau sunah (hadits), Atsar dan ijma’.

Para ulama dari 4 madzhab juga menilai berbagai amalan bid’ah hasanah. Seperti mauled nabi, pembacaan sholawat setelah adzan, tasbih dan dzikir sebelum fajar dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, silahkan baca artikel saya Inilah Ahlu Bid'ah Versi Wahabi

Pada dasarnya wahabi juga menerima konsep bid’ah hasanah hanya saja mereka tidak menamakannya sebagai bid’ah hasanah melainkan maslahah murasalah. Dalam kitab AL-Maulid juz 1 hlm 37, Samir Al-Wahabi mengatakan:

والمصلحة المرسلة هي مما اقتضته أدلة الشرع ، مما لم ينص على عينه ، لكنه يندرج تحت تلك النصوص.
“Maslahah mursalah adalah sesuatu yang dikandung oleh dalil syari’at yakni sesuatu yang tidak memiliki nas (dalil) atas bentuknya tetapi ia masuk dalam naungan nas tersebut.”

Penamaan bid’ah hasanah sebagai maslahah mursalah semakin jelas jika kita mau melihat Fatwa Abdur Razaq Al-Afifi Al-Wahabi  dalam kitab Fatawa Abdur Rozaq Al-Afifi pada soal ke enam Juz 1 hlm 310:

س6: سئل الشيخ : هل هناك بدعة حسنة ؟
فقال الشيخ - رحمه الله - : ليس هناك بدعة حسنة وما يسمونه بدعة حسنة هو من المصالح المرسلة .

Soal ke 6: Syekh di Tanya, apakah ada bid’ah hasanah? Kemudian syekh menjawab: Bid’ah hasanah tidak ada. Apa yang mereka sebut sebagai bid’ah hasanah adalah termasuk maslahah mursalah.

Perhatikan kalimat “Apa yang mereka sebut sebagai bid’ah hasanah adalah termasuk maslahah mursalah.” Kalimat ini jelas menunjukan bahwa sebenarnya wahabi mengakui adanya bid’ah hasanah. Hanya saja mereka tidak menyebutnya sebagai bid’ah hasanah, melainkan maslahah mursalah. Jadi permasalahan yang sebenarnya tidak terletak pada bid’ah hasanahnya, melainkan pada penamaannya.

Dengan demikian, jika wahabi menolak bid’ah hasanah, maka sama saja mereka menolak maslahah mursalah. Sebab, bid’ah hasanah dan maslahah mursalah sama-sama amalan yang tidak ada dalil secara shorih yang masuk dalam naungan syariat yang tidak bertentangan dengan quran, hadits, dan ijma’.

Posted: Qosim Ibnu Aly https://plus.google.com/115121577207723835955

Jumat, 09 Januari 2015

SALAFI WAHHABI ADALAH KHAWARIJ (DALAM 4 MADZHAB)

SALAFI WAHHABI DALAM PANDANGAN ULAMA 4 MADZHAB KHAWARIJ. INTI SARINYA MBAW DAN PARA PENGIKUTNYA MULAI DARI AL-BANI, UTSAIMIN, BIN BAZZ, FIRANDA, SHOLIH FAUZAN, ABD. MUHSIN JAWWAS, SERTA PARA WAHHABERISASI LAINNYA ADALAH SESAT.

-----------------------------------------------------------------------------------------------
1. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB HANAFI

Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar tantang Wahhabi sebagai berikut:

“مَطْلَبٌ فِي أَتْبَاعِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الْخَوَارِجِ فِيْ زَمَانِنَا :كَمَا وَقَعَ فِيْ زَمَانِنَافِيْ أَتْبَاعِ ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ نَجْدٍ وَتَغَلَّبُوْا عَلَى الْحَرَمَيْنِ وَكَانُوْايَنْتَحِلُوْنَ مَذْهَبَ الْحَنَابِلَةِ لَكِنَّهُمْ اِعْتَقَدُوْا أَنَّهُمْ هُمُ الْمُسْلِمُوْنَ وَأَنَّ مَنْ خَالَفَاعْتِقَادَهُمْ مُشْرِكُوْنَ وَاسْتَبَاحُوْا بِذَلِكَ قَتْلَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَقَتْلَ عُلَمَائِهِمْ حَتَى كَسَرَ اللهُشَوْكَتَهُمْ وَخَرَبَ بِلاَدَهُمْ وَظَفِرَ بِهِمْ عَسَاكِرُ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِيْنَ وَمِائَتَيْنِوَأَلْفٍ.” اهـ (ابن عابدين، حاشية رد المحتار، ٤/٢٦٢).

“Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal. 262).



2. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB MALIKI

Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut:

هَذِهِ اْلآَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِجِ الَّذِيْنَ يُحَرِّفُوْنَ تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَيَسْتَحِلُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَمْوَالَهُمْ كَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ اْلآَنَ فِيْ نَظَائِرِهِمْ وَهُمْ فِرْقَةٌ بِأَرْضِ الْحِجَازِ يُقَالُ لَهُمُ الْوَهَّابِيَّةُ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلىَ شَيْءٍ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُوْنَ. (حاشية الصاوي على تفسير الجلالين، ٣/٣٠٧).

“Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).



3. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB SYAFI’I

Dari kalangan ulama madzhab Syafi’i, al-Imam al-Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan al-Makki, guru pengarang I’anah al-Thalibin, kitab yang sangat otoritatif (mu’tabar) di kalangan ulama di Indonesia, berkata tentang Wahhabi :

وَكَانَ السَّيِّدُ عَبْدُ الرَّحْمنِ الْأَهْدَلُ مُفْتِيْ زَبِيْدَ يَقُوْلُ: لاَ يُحْتَاجُ التَّأْلِيْفُ فِي الرَّدِّ عَلَى ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ، بَلْ يَكْفِي فِي الرَّدِّ عَلَيْهِ قَوْلُهُ صلى الله عليه وسلم سِيْمَاهُمُ التَّحْلِيْقُ، فَإِنَّهُ لَمْ يَفْعَلْهُ أَحَدٌ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِ اهـ (السيد أحمد بن زيني دحلان، فتنة الوهابية ص/٥٤).

“Sayyid Abdurrahman al-Ahdal, mufti Zabid berkata: “Tidak perlu menulis bantahan terhadap Ibn Abdil Wahhab. Karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam cukup sebagai bantahan terhadapnya, yaitu “Tanda-tanda mereka (Khawarij) adalah mencukur rambut (maksudnya orang yang masuk dalam ajaran Wahhabi, harus mencukur rambutnya)”. Karena hal itu belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan ahli bid’ah.” (Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyah, hal. 54).





4. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB HAMBALI

Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut:

عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ سُلَيْمَانَ التَّمِيْمِيُّ النَّجْدِيُّ وَهُوَ وَالِدُ صَاحِبِ الدَّعْوَةِ الَّتِيْ انْتَشَرَشَرَرُهَا فِي اْلأَفَاقِ لَكِنْ بَيْنَهُمَا تَبَايُنٌ مَعَ أَنَّ مُحَمَّدًا لَمْ يَتَظَاهَرْ بِالدَّعْوَةِ إِلاَّ بَعْدَمَوْتِ وَالِدِهِ وَأَخْبَرَنِيْ بَعْضُ مَنْ لَقِيْتُهُ عَنْ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ عَمَّنْ عَاصَرَ الشَّيْخَ عَبْدَالْوَهَّابِ هَذَا أَنَّهُ كَانَ غَاضِبًا عَلىَ وَلَدِهِ مُحَمَّدٍ لِكَوْنِهِ لَمْ يَرْضَ أَنْ يَشْتَغِلَ بِالْفِقْهِكَأَسْلاَفِهِ وَأَهْلِ جِهَتِهِ وَيَتَفَرَّسُ فِيْه أَنَّهُ يَحْدُثُ مِنْهُ أَمْرٌ .فَكَانَ يَقُوْلُ لِلنَّاسِ: يَا مَا تَرَوْنَ مِنْ مُحَمَّدٍ مِنَ الشَّرِّ فَقَدَّرَ اللهُ أَنْ صَارَ مَاصَارَ وَكَذَلِكَ ابْنُهُ سُلَيْمَانُ أَخُوْ مُحَمَّدٍ كَانَ مُنَافِيًا لَهُ فِيْ دَعْوَتِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ رَدًّا جَيِّداًبِاْلآَياَتِ وَاْلآَثاَرِ وَسَمَّى الشَّيْخُ سُلَيْمَانُ رَدَّهُ عَلَيْهِ ( فَصْلُ الْخِطَابِ فِي الرَّدِّ عَلىَمُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ ) وَسَلَّمَهُ اللهُ مِنْ شَرِّهِ وَمَكْرِهِ مَعَ تِلْكَ الصَّوْلَةِ الْهَائِلَةِ الَّتِيْأَرْعَبَتِ اْلأَبَاعِدَ فَإِنَّهُ كَانَ إِذَا بَايَنَهُ أَحَدٌ وَرَدَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى قَتْلِهِ مُجَاهَرَةًيُرْسِلُ إِلَيْهِ مَنْ يَغْتَالُهُ فِيْ فِرَاشِهِ أَوْ فِي السُّوْقِ لَيْلاً لِقَوْلِهِ بِتَكْفِيْرِ مَنْ خَالَفَهُوَاسْتِحْلاَلِ قَتْلِهِ. اهـ (ابن حميد النجدي، السحب الوابلة على ضرائح الحنابلة، ٢٧٥).

“Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terang-terangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah benar-benar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah, hal. 275).



KESIMPULAN:

Perbuatan Tanpa Ilmu

Belakangan, dari Kaum Wahhabi kontemporer tidak sedikit terlontar pernyataan tokoh-tokoh mereka yang menistakan generasi salaf secara parsial (juz’i). Contoh :

Syaikh Nashir al-Albani dalam fatwanya mengkafirkan al-Imam al-Bukhari karena melakukan ta’wil terhadap ayat mutasyabihat dalam al-Qur’an. Dalam kitab al-Tawassul Ahkamuhu wa Anwa’uhu, al-Albani juga mencela Sayyidah ‘Aisyah, dan menganggapnya tidak mengetahui kesyirikan.

Syaikh Ahmad bin Sa’ad bin Hamdan al-Ghamidi, menganggap al-Imam al-Hafizh al-Lalika’i, pengarang kitab Syarh Ushul I’tiqad Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, tidak bersih dari kesyirikan. Demikian sekelumit contoh penistaan tokoh-tokoh Wahhabi terhadap generasi salaf dan para ulama terkemuka secara parsial.

Demikian pernyataan ulama terkemuka dari empat madzhab, Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, yang menegaskan bahwa golongan Wahhabi termasuk Khawarij bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Tentu saja masih terdapat ratusan ulama lain dari madzhab Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang menyatakan bahwa Wahhabi itu Khawarij dan tidak mungkin kami kutip semuanya.

Pesan buat sahabat… berhati2lah wahai saudara ku,dengan kelicikan kaum penyesat ummat itu, jangan mudah tertipu dengan kata2 manis mereka, tapi lihatlah dulu maksud dari nya ,karena kebusukan2 mereka semua di balut dengan kata2/istilah yang menggugah hati.

Naudzubillah...

Rujuk; Tanduk Setan;  http://udes01.blogspot.com/2009/06/tanduk-syaitan.html

Minggu, 04 Januari 2015

INILAH FAKTA MAULID NABI "MAULID AD-DIBA'I' DI MAKAM RASULULLAH SAW MADINAH DAN DI TENGAH-TENGAH MASJID NABAWI MADINAH BARU BARU INI
Kaum muslimin Ahlu sunnah wal Jamaah ( Sunni Aswaja) tak perduli atas Fatwa sesat WAHHABI MANHAJ SALAFI PALSU antek dajjal laknatullah, mereka PARA ULAMA ASWAJA Dan ribuan jama'ah di Masjid Madinah malah bersemangat bermahallul qiyam di tengah-tengah masjid nabi dengan lantunan Shalawat yang menggema dan menggugah hati. Alhamdulillah , Ya nabi salam alaika ya rasul salam alaika shalawatullah alaika !!!
Bisa di lihat Videonya di sini:
Durasi Video pertama :25.55 menit > https://www.youtube.com/watch?v=plXHV9FJXa8
Durasi Video Kedua : 1.06 menit > http://www.youtube.com/watch
Sebarkan and Share !!!
Semoga PARA PENDURHAKA MAULID NABI SEGERA BERTAUBAT DARI DOSA-DOSANYA TELAH MENDISKRIDITKAN MAULID KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW...
Isfa' Lanaa Ya Rasulallah Ya Habiiballaah
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=375739665920356&set=a.110671192427206.17840.100004529762285&type=1

PERINGATAN MAULID NABI SAW HADITSNYA SHAHIH

Maha Guru Mulia Syaikhinal Kirom wa Murobbi Arwaakhina Al-Ustadzul Imam Al-Hafizd Al-Musnid PROF. DR. Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Al-Alawy Malang PP. Darul Hadits Al-faqihiyyah mengatakan bahwa hadits “man ‘azhzhama maulidy kuntu syafi’an lahu yaum al-Qiyamah” seperti diriwayatkan Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh, Juz I, halaman 60, menurut Imam Dzahaby: shahih sanadnya.
Rasulullah SAW juga bersabda: Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat. ( Al-Hadits Riwayat Ibnu Asakir Dalam Kitab Tarikh, Juz 1, Halaman 60).

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=363559277138395&set=a.110671192427206.17840.100004529762285&type=

MAULID NABI SAW HADITSNYA SHAHIH.
Maha Guru Mulia Syaikhinal Kirom wa Murobbi Arwaakhina Al-Ustadzul Imam Al-Hafizd Al-Musnid PROF. DR. Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Al-Alawy Malang PP. Darul Hadits Al-faqihiyyah mengatakan bahwa hadits “man ‘azhzhama maulidy kuntu syafi’an lahu yaum al-Qiyamah” seperti diriwayatkan Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh, Juz I, halaman 60, menurut Imam Dzahaby: shahih sanadnya.
Rasulullah SAW juga bersabda: Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat. ( Al-Hadits Riwayat Ibnu Asakir Dalam Kitab Tarikh, Juz 1, Halaman 60).

Wahai para pengikut Wahabi,
silahkan kalian berteriak lebih
lantang dan lebih sombong lagi.

Silahkan gembar-gemborkan berita
dan isu-isu bahwa Sahabat
Khulafa’urrosyidin dan Ulama Salaf
Shalih tidak berkenan dengan
Maulid Nabi Saw. Silahkan terus
tebarkan kebohongan-kebohongan,
tapi FAKTA AKAN BICARA lebih
keras dan jelas dalam misi
membela kebenaran!
Berikut adalah fakta bahwa Sahabat
Khulafa’urrosyidin dan Ulama tiga
generasi menganjurkan dan
memotivasi ummat Islam agar
diselenggarakan majelis untuk
membesarkan atau mengagungkan
Maulid Nabi Saw.
1. Abu Bakar ash-Shiddiq
Telah berkata Sayyidina Abu Bakar
As-Shiddiq: “Barangsiapa yang
menafkahkan satu dirham bagi
menggalakkan bacaan Maulid Nabi
saw., maka ia akan menjadi temanku
di dalam syurga.” (sumber dari kitab
anni’matul kubro ‘alaa al-‘aalam fii
maulid sayyidii waladii aadam karya
Imam Syihabuddin Ahmad ibnu
Hajar al-Haitami as-Syafii)
2. Umar bin Khottob al-Furqon
Telah berkata Sayyidina ‘Umar:
“Siapa yang membesarkan
(memuliakan) majlis maulid Nabi
saw. maka sesungguhnya ia telah
menghidupkan Islam.” (sumber dari
kitab anni’matul kubro ‘alaa
al-‘aalam fii maulid sayyidii waladii
aadam karya Imam Syihabuddin
Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-
Syafii)
3. Utsman bin ‘Affan Dzun-Nuraini
Telah berkata Sayyidina Utsman:
“Siapa yang menafkahkan satu
dirham untuk majlis membaca
maulid Nabi saw. maka seolah-olah
ia menyaksikan peperangan Badar
dan Hunain” (sumber dari kitab
anni’matul kubro ‘alaa al-‘aalam fii
maulid sayyidii waladii aadam karya
Imam Syihabuddin Ahmad ibnu
Hajar al-Haitami as-Syafii)
4. Ali bin Abi Tholib Karomallahu
wajhah
Telah berkata ‘Ali : “Siapa yang
membesarkan majlis maulid Nabi
saw. dan karenanya diadakan majlis
membaca maulid, maka dia tidak
akan keluar dari dunia melainkan
dengan keimanan dan akan masuk ke
dalam syurga tanpa hisab”.
(sumber dari kitab anni’matul kubro
‘alaa al-‘aalam fii maulid sayyidii
waladii aadam karya Imam
Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-
Haitami as-Syafii)...


Ibnu TAIMIAH uda taubat ini bukti nya





DALIL PEMANTAPAN MAULID NABI MUHAMMD SAW


‎DALIL PEMANTAPAN MAULID NABI MUHAMMD SAW
Sebelumnya saya Utarakan Anjuran Maulid Nabi SAW dari Imam As-Syafi'i RA, Beliau berkata;
من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم

 “Sesiapa yang menghimpunkan saudaranya (sesama Islam) untuk mengadakan majlis maulid Nabi, menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan, dan dia menjadi sebab dibaca maulid Nabi itu, maka dia akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat bersama ahli siddiqin (orang-orang yang benar), syuhada’ dan solihin serta berada di dalam syurga-syurga Na’im.”

Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Oleh Para Sahabat Nabi SAW Khulafa'ur Rasyidiin 

Di dalam kitab "An-Ni'matul Kubra 'alal 'Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam" halaman 5-7, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (909-974 H. / 1503-1566 M.), cetakan "Maktabah al-Haqiqat" Istambul Turki, ( Al-Hamdulillaah saya punya Kitabnya  Silahkan Hubungi 085736333136 ), diterangkan tentang keutamaan-keutamaan memperingati maulid Nabi Muhammad saw sebagai berikut:
Monggo Download Kitabnya di sini:
(http://www.hakikatkitabevi.com/arabic/44-nimatalkubra.pdf)

1. Sayyiina Abu Bakar RA. berkata:

من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كان 
رفيقي في الجنة
Artinya:
----------
"Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang emas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di surga.”

2. Berkata Sayyidina Umar RA.:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد أحيا الإسلام

Artinya:
----------
“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.”

3. Berkata Sayyidina Utsman RA.:
من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم فكأنما شهد غزوة بدر وحنين

Artinya:
----------
“Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang mas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka seakan-akan ia ikut-serta menyaksikan perang Badar dan Hunain.”

4. Sayyidina Ali RA. berkata:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم وكان سببا لقراءته لا يخرج من الدنيا إلا بالإيمان ويدخل الجنة بغير حساب

Artinya:
----------
“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan maulid Nabi, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.”

5. Imam Hasan Bashri RA. berkata: 
وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا فأنفقته على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم

Artinya:
----------
“Aku senang sekali seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk kepentingan memperingati maulid Nabi SAW.”

6. Imam Junaedi al-Baghdadi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya, berkata:
من حضر مولد النبي صلى الله عليه وسلم وعظم قدره فقد فاز بالإيمان

Artinya:
----------
“Barangsiapa menghadiri peringatan Maulid Nabi SAW dan mengagungkan derajat beliau, maka sesungguhnya ia akan memperoleh kebahagian dengan penuh keimanan.” 

7. Imam Ma'ruf al-Karkhi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya:

من هيأ طعاما لأجل قراءة مولد النبي صلى الله عليه و سلم و جمع اخوانا و أوقد سراجا و لبس جديدا و تبخر و تعطر تعظيما لمولد النبي صلى الله عليه و سلم حشره الله يوم القيامة مع الفرقة الأولى من النبيين و كان فى أعلى عليين 

Artrinya:
----------
“Barangsiapa menyediakan makanan untuk peringatan pembacaan Maulid Nabi SAW, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang harum-haruman dan memakai wangi-wangian karena mengagungkan kelahiran Nabi SAW, niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama golongan orang-orang yang pertama di kalangan para nabi dan dia akan ditempatkan di syurga yang paling atas (‘Illiyyin).” 

8. Imam Fakhruddin ar-Razi berkata:

: ما من شخص قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ملح أو بر أو شيئ أخر من المأكولات الا ظهرت فيه البركة و فى كل شيئ وصل اليه من ذلك المأكول فانه يضطرب و لا يستقر حتى يغفر الله لأكله وان قرئ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ماء فمن شرب من ذلك الماء دخل قلبه ألف نور و رحمة و خرج منه ألف غل و علة و لا يموت ذلك القلب يوم تموت القلوب . و من قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على دراهم مسكوكة فضة كانت أو ذهبا و خلط تلك الدراهم بغيرها و قعت فيها البركة و لا يفتقر صاحبها و لا تفرغ يده ببركة النبي صلى الله عليه و سلم 
Artinya:
----------
“Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi saw. ke atas garam atau gandum atau makanan yang lain, melainkan akan tampak keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka akan bergoncang dan tidak akan tetap sehingga Allah akan mengampuni orang yang memakannya.

Dan sekirannya dibacakan maulid Nabi saw. ke atas air, maka orang yang meminum seteguk dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar daripadanya seribu sifat dengki dan penyakit dan tidak akan mati hati tersebut pada hari dimatikannya hati-hati itu.

Dan barangsiapa yang membaca maulid Nabi saw. pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya, maka akan jatuh ke atas dirham tersebut keberkahan dan pemiliknya tidak akan fakir serta tidak akan kosong tangannya dengan keberkahan Nabi saw.”

9. Imam Syafi'i, semoga Allah merahmatinya, berkata:

من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم

Artinya:
----------
“Barangsiapa mengumpulkan saudara-saudaranya untuk mengadakan Maulid Nabi, kemudian menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan untuk mereka, dan dia menjadi sebab atas dibacakannya Maulid Nabi SAW, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama golongan shiddiqin (orang-orang yang benar), syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan shalihin (orang-orang yang shaleh) dan dia akan dimasukkan ke dalam surga-surga Na’im.”

10. Imam Sirri Saqathi, semoga Allah membersihkan sir (bathin)-nya:

من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع الا لمحبة النبي صلى الله عليه و سلم . وقد قال صلى الله عليه و سلم : من أحبني كان معي فى الجنة

Artinya:
----------
“Barangsiapa pergi ke suatu tempat yang dibacakan di dalamnya maulid Nabi saw, maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari taman-taman syurga, karena tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan karena cintanya kepada Nabi saw. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga.”

11. Imam Jalaluddin as-Suyuthi berkata:

مامن بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلا حفت الملائكة ذلك البيت أو المسجد أو المحلة وصلت الملائكة على أهل ذلك المكان وعمهم الله تعالى بالرحمة والرضوان. 
وأما المطوفون بالنور يعنى جبريل و ميكائيل و اسرافيل و عزرائيل عليهم الصلاة و السلام فانهم يصلون على من كان سببا لقراءة النبي صلى الله عليه و سلم. و قال أيضا: ما من مسلم قرأ فى بيته مولد النبي صلى الله عليه و سلم الا رفع الله سبحانه و تعالى القحط والوباء والحرق والغرق والأفات والبليات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص من أهل ذلك البيت فاذا مات هون الله عليه جواب منكر ونكير ويكون فى مقعد صدق عند مليك مقتدر. فمن أراد تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم يكفيه هذا القدر. ومن لم يكن عنده تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم لو ملأت له الدنيا فى مدحه لم يحرك قلبه فى المحبة له صلى الله عليه وسلم. 

“Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW melainkan malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.”

Adapun para malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah swt untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan maulid Nabi saw. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan maulid Nabi saw melainkan Allah swt menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu. Dan, apabila ia meninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan maulid Nabi saw, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap maulid Nabi saw, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi saw.”

Wallohu A'lam...

Rujuk; 1.http://www.slideshare.net/signup?login_source=slideview.popup.download&from=download&from_source=%2Fsavedfiles%3Fs_title%3Dkosep-dan-dalil-maulid-nabi-muhammad-saw%26user_login%3DHARI_RUSLI2&download_id=35679941-4facad55f9adc858a16fabb9b83c25b4a4b96511-slideshow&layout=foundation

 2. http://www.slideshare.net/trackdata?link=/bagoesbhaghazkharaa/dalil-maulid-nabi&meta=

3. http://salafytobat.wordpress.com/2012/10/24/video-salafytobat-di-youtube-dalil-dan-bukti-legalitas-amalan-maulid-nabi-dalam-kitab-imam-ahlusunnah/‎

Sebelumnya saya Utarakan Anjuran Maulid Nabi SAW dari Imam As-Syafi'i RA, Beliau berkata;

من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم
“Sesiapa yang menghimpunkan saudaranya (sesama Islam) untuk mengadakan majlis maulid Nabi, menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan, dan dia menjadi sebab dibaca maulid Nabi itu, maka dia akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat bersama ahli siddiqin (orang-orang yang benar), syuhada’ dan solihin serta berada di dalam syurga-syurga Na’im.”

Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Oleh Para Sahabat Nabi SAW Khulafa'ur Rasyidiin


Di dalam kitab "An-Ni'matul Kubra 'alal 'Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam" halaman 5-7, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (909-974 H. / 1503-1566 M.), cetakan "Maktabah al-Haqiqat" Istambul Turki,
( Al-Hamdulillaah saya punya Kitabnya Silahkan Hubungi 085736333136 ), diterangkan tentang keutamaan-keutamaan memperingati maulid Nabi Muhammad saw sebagai berikut:

Monggo Download Kitabnya di sini:
(http://www.hakikatkitabevi.com/arabic/44-nimatalkubra.pdf)

1. Sayyidina Abu Bakar RA. berkata:
من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كان
رفيقي في الجنة
Artinya:
----------
"Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang emas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di surga.”

2. Berkata Sayyidina Umar RA.:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد أحيا الإسلام
Artinya:
----------
“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.”

3. Berkata Sayyidina Utsman RA.:
من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم فكأنما شهد غزوة بدر وحنين
Artinya:
----------
“Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang mas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka seakan-akan ia ikut-serta menyaksikan perang Badar dan Hunain.”

4. Sayyidina Ali RA. berkata:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم وكان سببا لقراءته لا يخرج من الدنيا إلا بالإيمان ويدخل الجنة بغير حساب
Artinya:
----------
“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan maulid Nabi, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.”

5. Imam Hasan Bashri RA. berkata:
وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا فأنفقته على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم
Artinya:
----------
“Aku senang sekali seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk kepentingan memperingati maulid Nabi SAW.”

6. Imam Junaedi al-Baghdadi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya, berkata:
من حضر مولد النبي صلى الله عليه وسلم وعظم قدره فقد فاز بالإيمان
Artinya:
----------
“Barangsiapa menghadiri peringatan Maulid Nabi SAW dan mengagungkan derajat beliau, maka sesungguhnya ia akan memperoleh kebahagian dengan penuh keimanan.”

7. Imam Ma'ruf al-Karkhi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya:
من هيأ طعاما لأجل قراءة مولد النبي صلى الله عليه و سلم و جمع اخوانا و أوقد سراجا و لبس جديدا و تبخر و تعطر تعظيما لمولد النبي صلى الله عليه و سلم حشره الله يوم القيامة مع الفرقة الأولى من النبيين و كان فى أعلى عليين
Artrinya:
----------
“Barangsiapa menyediakan makanan untuk peringatan pembacaan Maulid Nabi SAW, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang harum-haruman dan memakai wangi-wangian karena mengagungkan kelahiran Nabi SAW, niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama golongan orang-orang yang pertama di kalangan para nabi dan dia akan ditempatkan di syurga yang paling atas (‘Illiyyin).”

8. Imam Fakhruddin ar-Razi berkata:
: ما من شخص قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ملح أو بر أو شيئ أخر من المأكولات الا ظهرت فيه البركة و فى كل شيئ وصل اليه من ذلك المأكول فانه يضطرب و لا يستقر حتى يغفر الله لأكله وان قرئ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ماء فمن شرب من ذلك الماء دخل قلبه ألف نور و رحمة و خرج منه ألف غل و علة و لا يموت ذلك القلب يوم تموت القلوب . و من قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على دراهم مسكوكة فضة كانت أو ذهبا و خلط تلك الدراهم بغيرها و قعت فيها البركة و لا يفتقر صاحبها و لا تفرغ يده ببركة النبي صلى الله عليه و سلم
Artinya:
----------
“Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi saw. ke atas garam atau gandum atau makanan yang lain, melainkan akan tampak keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka akan bergoncang dan tidak akan tetap sehingga Allah akan mengampuni orang yang memakannya.
Dan sekirannya dibacakan maulid Nabi saw. ke atas air, maka orang yang meminum seteguk dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar daripadanya seribu sifat dengki dan penyakit dan tidak akan mati hati tersebut pada hari dimatikannya hati-hati itu.
Dan barangsiapa yang membaca maulid Nabi saw. pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya, maka akan jatuh ke atas dirham tersebut keberkahan dan pemiliknya tidak akan fakir serta tidak akan kosong tangannya dengan keberkahan Nabi saw.”

9. Imam Syafi'i, semoga Allah merahmatinya, berkata:
من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم
Artinya:
----------
“Barangsiapa mengumpulkan saudara-saudaranya untuk mengadakan Maulid Nabi, kemudian menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan untuk mereka, dan dia menjadi sebab atas dibacakannya Maulid Nabi SAW, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama golongan shiddiqin (orang-orang yang benar), syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan shalihin (orang-orang yang shaleh) dan dia akan dimasukkan ke dalam surga-surga Na’im.”

10. Imam Sirri Saqathi, semoga Allah membersihkan sir (bathin)-nya:
من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع الا لمحبة النبي صلى الله عليه و سلم . وقد قال صلى الله عليه و سلم : من أحبني كان معي فى الجنة
Artinya:
----------
“Barangsiapa pergi ke suatu tempat yang dibacakan di dalamnya maulid Nabi saw, maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari taman-taman syurga, karena tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan karena cintanya kepada Nabi saw. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga.”

11. Imam Jalaluddin as-Suyuthi berkata:
مامن بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلا حفت الملائكة ذلك البيت أو المسجد أو المحلة وصلت الملائكة على أهل ذلك المكان وعمهم الله تعالى بالرحمة والرضوان.
وأما المطوفون بالنور يعنى جبريل و ميكائيل و اسرافيل و عزرائيل عليهم الصلاة و السلام فانهم يصلون على من كان سببا لقراءة النبي صلى الله عليه و سلم. و قال أيضا: ما من مسلم قرأ فى بيته مولد النبي صلى الله عليه و سلم الا رفع الله سبحانه و تعالى القحط والوباء والحرق والغرق والأفات والبليات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص من أهل ذلك البيت فاذا مات هون الله عليه جواب منكر ونكير ويكون فى مقعد صدق عند مليك مقتدر. فمن أراد تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم يكفيه هذا القدر. ومن لم يكن عنده تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم لو ملأت له الدنيا فى مدحه لم يحرك قلبه فى المحبة له صلى الله عليه وسلم.
“Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW melainkan malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.”
Adapun para malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah swt untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan maulid Nabi saw. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan maulid Nabi saw melainkan Allah swt menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu. Dan, apabila ia meninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan maulid Nabi saw, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap maulid Nabi saw, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi saw.”

Wallohu A'lam...

Rujuk; 1.http://www.slideshare.net/signup…
2. http://www.slideshare.net/trackdata…
3. http://salafytobat.wordpress.com/…/video-salafytobat-di-yo…/


Ibnu Taimiyah bacaan, TASBIH, TAHMID, dan TAHLIL dari keluarga mayyit sampe ke Mayat

(وَسُئِلَ)

 عَنْ قِرَاءَةِ أَهْلِ الْمَيِّتِ تَصِلُ إلَيْهِ ؟ وَالتَّسْبِيْحُ وَالتَّحْمِيْدُ وَالتَّهْلِيْلُ وَالتَّكْبِيْرُ إذَا أَهْدَاهُ إلَى الْمَيِّتِ يَصِلُ إلَيْهِ ثَوَابُهَا أَمْ لاَ ؟

(فَأَجَابَ) يَصِلُ إلَى الْمَيِّتِ قِرَاءَةُ أَهْلِهِ وَتَسْبِيْحُهُمْ وَتَكْبِيْرُهُمْ وَسَائِرُ ذِكْرِهِمْ ِللهِ تَعَالَى إذَا أَهْدَوْهُ إلَى الْمَيِّتِ وَصَلَ إلَيْهِ وَاللهُ أَعْلَمُ (مجموع الفتاوى لابن تيمية 24 / 165)

Ibnu Taimiyah ditanya mengenai bacaan, TASBIH, TAHMID, dan TAHLIL dari keluarga mayyit, apabila di hadiahkan kepada mayyit, apakah pahalanya sampai ??
Beliau menjawab : akan sampai kepada mayyit bacaan keluarganya, yg beruopa TASBIH, TAKBIR, danl lain2 apabila dihadiahkan kepada mayyit, wallahu a'lam
(Majmu' alfatawi ibni Taimiyah 24?165).